Jumat, 17 Februari 2017

Bab 4 : Emosi dan Suasana Hati

BAB 4
EMOSI DAN SUASANA  HATI

4.1.       APAKAH YANG  DIMAKSUD  EMOSI DAN SUASANA HATI ?
Dalam bab ini terdapat istilah yang memiliki makna yang sangat erat : afeksi, emosi dan suasana hati.
Afeksi(affect) adalah kisaran yang luas dari perasaan yang dialami seseorang meliputi emosi maupun susana hati. Emosi(emotion) adalah perasaan intens yang diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Sedangkan suasana hati(mood) adalah perasaan yang cenderung kurang intens dibandingkan emosi dan sering mucul tanpa sebuah peristiwa spesifik sebagai stimulus.

Emosi Dasar
Psikolog mencoba mengidentifikasi emosi dasar dengan mempelajari ekspresi wajah, tetapi meeka menemukan bahwa proses itu sulit. Hal tersebut dikarenakan beberapa emosi terlalu kompleks untuk dengan mudah direpresentasikan oleh wajah kita. Budaya juga memiliki norma-norma yang mengatur ekspresi emosional, jadi cara kita mengalami sebuah emosi tidak selalu sama dengan bagaimana kita menunjukkannya.
Suasana Hati Dasar : Afeksi Positif Dan Negatif
Emosi positif seperti kebahagiaan dan rasa syukur-mengungkapkan evaluasi atau perasaan menyenangkan.Emosi negatif seperti amarah atau rasa bersalah-mengungkapkan sebaliknya. Tetapi ingatlah bahwa emosi tidak bisa netral.
Afeksi positif (positive affect) adalah sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas emosi-emosi positif spesifik seperti bersemangat, kewaspadaan dan sangat gembira pada ujung paling tinggi dan kepuasan, ketenangan dan kedamaian pada ujung paling rendah.
Afeksi negatif (negative affect) adalah sebuah dimensi suasana hatiyang terdiri atas emosi-emosi seperti kegugupan, stres dan kecemasan pada akhir tinggi dan kebosanan, depresi dan kelesuan pada akhir rendah. Kompensasi positivitas (positivity offset) adalah kecenderungan kebanyakan individu untuk mengalami suasana hati positif ringan pada masukan nol (saat tidak ada hal tertentu yang terjadi).

4.2.       FUNGSI EMOSI
Apakah Emosi Membuat Kita Tidak Rasional ?
Observasi-observasi menyatakan bahwa rasionalitas dan emosi saling bertolak belakang dan jika anda menampilkan emosi, mungkin anda bertindak tidak rasional. Salah satu tim penulis berpendapat bahwa menampilkan emosi seperti kesedihan sampai menangis sangat berbahayabagi karier sehingga kita seharusnya meninggalkan ruangan itu daripada membiarkan orang lain melihatnya. Perspektif-perspektif ini menyakatan demonstrasi atau bahkan pengslaman emosi dapat menyebabkan kita terlihat lemah, rapuh atau tidak rasional. Meskipun demikian, riset semakin menunjukan bahwa emosi sebenarnya penting untuk penalaran rasional.
Apakah Emosi Menyebabkan Kita Bersikap Tidak Etis ?
            Sebelumnya diyakini bahwa, seperti halnya pengambilan keputusan secara umum, kebanyakan pengambilan keputusan etis didasarkan pada proses kognitif urutan yang lebih yinggi tetapi riset mengenai emosi moral semakin mempertanyakan perspektif ini. Contoh emosi moral adalah simpati terhadap orang lain, kemarahan terhadap ketidakadilan yang dialami. Sejumlah studi menyatakan reaksi-reaksi ini umumnya didasarkan pada perasaan dibandingkan kognitif semata.




4.3.       SUMBER- SUMBER EMOSI DAN SUASANA HATI
a.      Kepribadian
Keperibadian memberi kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu. Beberapa orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami emosi apapun secara lebih intens. Orang-orang seperti ini memiliki intensitas efektif yang tinggi. Intensitas Afeksi yaitu perbedaan individual dalam hal kekuatan dimana individu-individu mengalami emosi mereka. Jadi, emosi-emosi berbeda dalam intensitas mereka, tetapi juga berbeda dalam bagaimana mereka berkecenderungan untuk mengalami emosi secara intens.
b.      Hari dalam Seminggu dan Waktu dalam Sehari
Sebagian besar orang berada di tempat kerja atau sekolah pada hari Senin-Jum’at. Dengan demikian, sebagian besar orang akan memanfaatkan akhir minggu untuk bersantai dan bersenang-senang. Berarti bahwa orang-orang berada pada suasana hati terbaik di akhir minggu. Seperti yang ditunjukkan pada gambar, orang-orang cenderung berada dalam suasana hati terburuk (afek negatif tertinggi dan afek positif terendah) di awal minggu dan suasana hati terbaik (afek positif tertinggi dan afek negatif terendah) di akhir minggu.
c.       Cuaca
Banyak orang percaya bahwa suasana hati mereka berhubungan dengan cuaca. Tetapi bukti menunjukkan bahwa cuaca memiliki sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Korelasi ilusif menjelaskan mengapa orang-orang cenderung berpikir bahwa cuaca yang menyenangkan meningkatkan suasana hati mereka. Korelasi ilusif merupakan kecenderungan orang-orang untuk mengasosiasikan dua kejadian yang pada kenyataannya tidak memiliki sebuah korelasi.
d.      Stres
Stress memengaruhi emosi dan suasana hati. Di tempat kerja, kejadian sehari-hari yang menimbulkan stress, juga pengaruh dari stress yang tertumpuk dari waktu ke waktu, secara negative memengaruhi suasana hati karyawan. Tingkat stress dan ketegangan yang menumpuk di tempat kerja dapat memperburuk suasana hati karyawan, sehingga menyebabkan mereka mengalami lebih banyak emosi negatif. Walaupun kadang kita mencoba mengatasi stress, namun sebenarnya stress mulai memengaruhi suasana hati kita.


e.       Aktivitas Sosial
Penelitian mengungkapkan bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal, atau Epicurean (makan bersama orang lain) lebih diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana yang positif dibandingkan kejadian-kejadian formal.
f.       Tidur
Kualitas tidur mempengaruhi suasana hati. Satu dari alasan mengapa tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk pengambilan keputusan dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.
g.      Olahraga
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa olahraga meningkatkan suasana hati positif, tetapi tampaknya berpengaruh kuat terhadap mereka yang mengalami depresi.
h.      Usia
Suatu penelitian terhadap orang-orang yang berusia 18 hingga 94 tahun mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin jarang terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Bagi seseorang yang lebih tua, suasana hati positif yang tinggi bertahan lebih lama dan suasana hati yang buruk menghilang dengan lebih cepat.
i.        Jenis Kelamin
Sudah menjadi keyakina umum bahwa wanita lebih menggunakan perasaan mereka dibandingkan pria—bahwa mereka bereaksi lebih secara emosional dan mampu membaca emosi orang lain dengan lebih baik.

4.4.       EMOSI PEKERJA
Emosi pekerja adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat kerja.
»   Emosi yang Dirasakan versus Emosi yang Ditampilkan
·         Emosi yang dirasakan adalah emosi sebenarnya dari seorang individu.
·         Emosi yang ditampilkan adalah emosi-emosi yang diharuskan secara organisasional dan dianggap sesuai dalam sebuah pekerjaan tertentu.
·         Berpura-pura dipermukaan adalah menyembunyikan perasaan mendalam seseorang dan menghilangkan ekspresi-ekspresi emosional sebagai respons terhadap aturan-aturan penampilan.
·         Berpura-pura secara mendalam adalah berusaha mengubah perasaan mendalam seseorang berdasarkan aturan-aturan penampilan.
»   Apakah Pekerjaan-pekerjaan yang Menuntut secara Emosional Dibayar Lebih Tinggi?
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang menuntut secara kognitif, tuntutan emosional yang semakin besar akan dibayar lebih baik. Tetapi untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak menuntut secara kognitif, tuntutan emosional yang semakin besar akan dibayar lebih buruk.

4.5.       TEORI PERISTIWA AFEKTIF
Teori Peristiwa Afektif (Affective event theory [AET]) merupakan sebuah model yang menyatakan bahwa pekerja bereaksi secara emosional pada hal-hal yang terjadi di tempat kerja, yang dapat memengaruhi kinerja dan kepuasan mereka.
Lingkungan kerja mencakup semua yang mengelilingi pekerjaan itu baik ragam tugas dan tingkat ekonomi, tuntutan pekerjaan, serta tuntutan untuk mengekspresikan emosi pekerja. Lingkungan ini dapat menciptakan peristiwa kerja yang mungkin menjengkelkan, menyenangkan, atau keduanya. Contoh dari yang menjengkelkan ialah kolega yang menolak melakukan bagian pekerjaannya, bentroknya arahan dari manajer yang berbeda, dan tekanan waktu yang berlebihan. Peristiwa yang menyenangkan termasuk mencapai sasaran, dukungan dari kolega, dan menerima pengakuan atas suatu pencapaian. Peristiwa kerja tersebut mendorong reaksi emosional positif atau negatif yang diterima oleh kepribadian dan suasana hati pekerja.
Jadi, AET memberikan dua pesan penting. Pertama, emosi memberikan pandangan yang berharga tentang bagaimana peristiwa yang menjengkelkan dan menyenangkan di tempat kerja memengaruhi kinerja pekerja serta kepuasannya. Kedua, pekerja dan manajer seharusnya tidak mengabaikan emosi atau peristiwa yang menyebabkannya, walaupun mereka tampaknya sepele, tetapi mereka akan terakumulasi.


4.6.       KECERDASAN EMOSIONAL
Kecerdasan emosional (emotional intelligence) ialah kemampuan seseorang untuk menilai emosi dalam diri dan orang lain, memahami makna emosi, dan mengatur emosi seseorang secara teratur dalam sebuah model alur, seperti ditunjukkan dalam tampilan dibawah ini :
 










Kecerdasan emosional telah menjadi sebuah konsep yang kontroversial dalam perilaku organisasi, dengan argumen-argumen yang mendukung dan menentang viabilitasnya. Argumen yang mendukung kecerdasan emosional, antara lain :
·         Daya Tarik Intuitif
Intuisi menyatakan orang yang dapat mendeteksi emosi orang lain, mengendalikan emosinya sendiri, dan mengendalikan interaksi sosial dengan baik, memiliki posisi yang kuat dalam dunia bisnis.
·         Kecerdasan Emosional Memprediksi Kriteria yang Berarti
Semakin tinggi level kecerdasan emosional berarti seseorang akan berkinerja baik dalam pekerjaan. Sebuah tinjauan atas studi mengindikasikan bahwa, secara keseluruhan, kecerdasan emosional secara lemah tetapi secara konsisten positif berkorelasi dengan kinerja, bahkan setelah para peneliti memperhitungkan kemampuan kognitif, kehati-hatian, dan rasionalitas.
·         Kecerdasan Emosional Berdasarkan Biologi
Sebuah studi menyatakan bahwa kecerdasan emosional berdasarkan neurologi dengan cara yang tidak berhubungan dengan ukuran standar kecerdasan. Ada juga bukti bahwa kecerdasan emosional dipengaruhi genetik, yang selanjutnya mendukung pendapat bahwa kecerdasan emosional mengukur sebuah faktor biologis mendasar yang nyata.
Kecerdasan emosional juga mendapat banyak kritik, antara lain :
·         Para Peneliti Kecerdasan Emosional Tidak Sepakat tentang Definisi
Para peneliti menggunakan definisi kecerdasan emosional yang berbeda-beda. Ada yang memandang kecerdasan emosional sebagai ragam ide yang luas yang dapat diukur dengan melaporkan sendiri, ada juga yang dihubungkan secara utama oleh fakta yang tidak satu pun dari mereka sama dengan kecerdasan kognitif. Bukan hanya definisi yang berbeda, tetapi ukuran yang digunakan masing-masing perspektif pun hampir tidak berkorelasi satu sama lain.
·         Kecerdasan Emosional Tidak Dapat Diukur
Ukuran kecerdasan emosional beragam dan para peneliti tidak dapat memberlakukan ukuran-ukuran itu seketat seperti pada studi mereka atas ukuran kepribadian dan kecerdasan umum.
·      Kecerdasan Emosional Tidak Lebih dari Sekedar Kepribadian dengan Label Berbeda
Kecerdasan emosional tampak berkorelasi dengan ukuran-ukuran kepribadian, khususnya stabilitas emosional. Para peneliti menyatakan bahwa kecerdasan emosional merupakan sebuah konsep yang sebagian ditentukan oleh ciri-ciri seperti kecerdasan kognitif, kehati-hatian, dan penalaran, sehingga masuk akal bahwa kecerdasan emosional berkorelasi dengan karakteristik-karakteristik ini.

PENGATURAN EMOSI
Pengaturan emosi (emotion regulation) merupakan bagian dari literatur kecerdasan emosional tetapi saat ini semakin dipelajari sebagai sebuah konsep terpisah. Riset terkini menyatakan bahwa kemampuan manajemen emosi ialah alat prediksi kuat atas kinerja tugas bagi beberapa pekerjaan dan perilaku kewargaan organisasi (organizational citizenship behavior).
Para peneliti telah mempelajari strategi yang mungkin digunakan orang untuk mengubah emosinya. Salah satu strateginya ialah akting permukaan atau berpura-pura dengan wajah sebagai respons yang pantas atas situasi tertentu. Namun, akting permukaan tidak mengubah emosi, sehingga efek pengaturannya sedikit. Ada juga strategi lain ialah akting mendalam, meskipun kurang salah dibandingkan akting permukaan mungkin masih tetap sulit karena bagaimana pun mewakili akting.
Teknik lain dalam pengaturan emosi adalah pengungkapan. Pengungkapan ini harus dilakukan secara hati-hati, karena mengungkapkan atau menyatakan frustasi anda secara langsung dapat menyinggung orang lain. Oleh karena itu, jika kita ingin mengungkapkan amarah pada rekan kerja, kita perlu memilih seseorang yang akan merespons dengan simpati. Namun, ketika ada banyak harapan dalam teknik pengaturan emosi, jalan terbaik menuju tempat kerja yang positif ialah merekrut individu yang berpikiran positif dan melatih pemimpin mengelola suasana hati, sikap kerja, dan kinerja mereka. Jadi, pemimpin terbaik itu yang dapat mengelola emosi sebanyak mereka mengelola tugas dan aktivitas.

4.7.       APLIKASI PERILAKU ORGANISASI TERHADAP EMOSI DAN SUASANA HATI
           Seleksi
                Dalam proses seleksi pekerjaan,para penyeleksi kerja sangat mempertimbangkan faktor kecerdasan emosional dalam proses perekrutan pekerja. Kecerdasan emosional menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan karena seseorang yang memilki kecerdasan emosional yang tinggi mampu bekerja lebih baik,dan berpeluang lebih tinggi untuk diterima dalam suatu pekerjaan.
    Pengambilan Keputusan
            Emosi dan suasana hati sangat mempengaruhi seseorang ketika mereka mengambil keputusan. Seseorang yang berada dalam emosi dan suasana hati baik akan lebih cepat dan tepat dalam mengambil sebuah keputusan,hal itu dikarenakan emosi dan suasana hati yang  baik akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah.
Kreativitas
            Seseorang yang berada dalam suasana hati dan emosi yang baik memiliki kreatifitas yang lebih dibanding seseorang yang berada dalam suasana hati dan emosi yang buruk,hal itu dikarenakan seseorang yang berada dalam suasana hati dan emosi yang baik memiliki pikiran yang lebih terbuka dan fleksibel,sehingga mampu menghasilkan ide-ide baru yang mendorong kreatifitas mereka untuk berkembang.
            Suasana hati dapat dikelompokkan menjadi perasaan aktivasi (marah,ketakutan) dan deaktivasi (depresi,kecewa). Suasana hati aktivasi baik positif maupun negatif mendorong seseorang untuk berkretaifitas lebih dibanding suasana hati deaktivasi.
Motivasi
            Suasana hati dan emosi mempengaruhi motivasi seseorang. Sebuah studi menjelaskan bahwa suasan hati dan emosi yang baik akan meningkatkan motivasi seseorang,sehingga dengan meningktanya motivasi tersebut mendorong mereka untuk bekerja dengan baik.
Kepemimpinan
            Dalam hal kepemimpinan,ekspresi dan emosi seorang pemimpin sangat mempengaruhi diterima atau tidaknya pesan pemimpin tersebut kepada para bawahannya, misalnya antusiasme dari pemimpin tersebut ketika menyampaikan pesan. Seorang pemimpin yang mampu membangkitkan emosi dan menginspirasi para pekerjanya akan membuat mereka lebih antusias dan optimis dalam bekerja.
Negosiasi
            Emosi dan suasana hati merupakan faktor penting dalam negosiasi. Seorang negosiator harus mampu mengontrol emosi dan suasana hatinya ketika sedang bernegosiasi, ia boleh saja berpura-pura marah (emosi negatif) apabila ia memilki posisi lebih kuat dan informasi yang lebih banyak ketimbang lawannya.
Layanan Pelanggan
            Emosi dan suasana hati seorang pekerja mempengaruhi pelayanan mereka terhadap pelanggan. Terkadang demi memberikan pelayanan pelanggan yang terbaik,pekerja dihadapkan pada situasi disonasi emosi. Emosi pekerja dapat ditransfer kepada pelanggan,seorang pekerja yang sedang berada dalam emosi dan suasana hati yang baik cenderung akan melayani pelanggan dengan baik pula,sehingga menyebabkan pelanggan merasa senang dan puas,dimana kepuasan pelanggan sendiri sangat mempengaruhi bisnis suatu perusahaan.
            Sikap Kerja
            Beberapa studi menjelaskan bahwa seorang pekerja yang memiliki lingkungan kerja yang baik dan hari baik di tempat kerjanya akan memiliki suasana hati yang baik pula ketika ia pulang kerumah,dan begitu juga sebaliknya.
Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
            Seorang pekerja yang berada dalam suasana hati dan emosi yang buruk cenderung akan melakukan penyimpangan perilaku jangka pendek di tempat kerjanya,seperti menggosip,marah,berperilaku kasar,yang mempengaruhi kinerjanya sehingga tidak produktif. Seseorang yang marah atau sedang mengalami kesedihan tidak melakukan penarikan diri dari pekerjaannya,namun yang perlu diperhatikan manajer adalah amarah pekerjanya,karena seorang pekerja yang marah mereka tidak melakukan penarikan diri dari pekerjaannya,namun mereka cenderung berperilaku menyimpang di tempat kerjanya.
Keselamatan dan Cedera di Tempat Kerja
            Emosi dan suasana hati seorang pekerja juga mempengaruhi keselamatan mereka dalam bekerja. Suasana hati yang buruk merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan pekerja,hal itu disebabkan karena ketika seseorang  dalam suasana hati yang buruk mereka cenderung cemas,dan berperilaku ceroboh, sehingga kehati-hatiannya dalam bekerja berkurang.

4.8.       BAGAIMANA MANAJER DAPAT MEMPENGARUHI SUASANA HATI
Untuk meningkatkan suasana hati para pekerjanya, seorang manajer dapat menggunakan humor dan memberikan award sebagai apresiasi dari pencapaian para pekerjanya. Selain itu,suasana hati manajer dan anggota tim yang positif juga memberikan efek yang positif pula bagi para pekerja.Suasana hati dan atmosfer yang positif akan mendorong para pekerja bekerja lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. 2015. Perilaku Organisasi. (Terj.) Ratna Saraswati dan Febriella Sirait. Jakarta: Salemba Empat.





3 komentar: