BAB 4
EMOSI DAN SUASANA HATI
4.1.
APAKAH YANG
DIMAKSUD EMOSI DAN SUASANA HATI ?
Dalam bab ini terdapat
istilah yang memiliki makna yang sangat erat : afeksi, emosi dan suasana hati.
Afeksi(affect)
adalah kisaran yang luas dari perasaan yang dialami seseorang meliputi emosi
maupun susana hati. Emosi(emotion) adalah perasaan intens yang
diarahkan pada seseorang atau sesuatu. Sedangkan suasana hati(mood) adalah
perasaan yang cenderung kurang intens dibandingkan emosi dan sering mucul tanpa
sebuah peristiwa spesifik sebagai stimulus.
Emosi Dasar
Psikolog mencoba
mengidentifikasi emosi dasar dengan mempelajari ekspresi wajah, tetapi meeka menemukan
bahwa proses itu sulit. Hal tersebut dikarenakan beberapa emosi terlalu
kompleks untuk dengan mudah direpresentasikan oleh wajah kita. Budaya juga
memiliki norma-norma yang mengatur ekspresi emosional, jadi cara kita mengalami
sebuah emosi tidak selalu sama dengan bagaimana kita menunjukkannya.
Suasana Hati Dasar : Afeksi Positif
Dan Negatif
Emosi positif seperti
kebahagiaan dan rasa syukur-mengungkapkan evaluasi atau perasaan
menyenangkan.Emosi negatif seperti amarah atau rasa bersalah-mengungkapkan
sebaliknya. Tetapi ingatlah bahwa emosi tidak bisa netral.
Afeksi positif (positive affect) adalah
sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas emosi-emosi positif spesifik
seperti bersemangat, kewaspadaan dan sangat gembira pada ujung paling tinggi dan
kepuasan, ketenangan dan kedamaian pada ujung paling rendah.
Afeksi negatif (negative affect) adalah sebuah dimensi suasana hatiyang terdiri atas
emosi-emosi seperti kegugupan, stres dan kecemasan pada akhir tinggi dan
kebosanan, depresi dan kelesuan pada akhir rendah. Kompensasi positivitas (positivity offset) adalah kecenderungan kebanyakan individu untuk
mengalami suasana hati positif ringan pada masukan nol (saat tidak ada hal
tertentu yang terjadi).
4.2.
FUNGSI EMOSI
Apakah Emosi Membuat Kita Tidak Rasional
?
Observasi-observasi
menyatakan bahwa rasionalitas dan emosi saling bertolak belakang dan jika anda
menampilkan emosi, mungkin anda bertindak tidak rasional. Salah satu tim
penulis berpendapat bahwa menampilkan emosi seperti kesedihan sampai menangis
sangat berbahayabagi karier sehingga kita seharusnya meninggalkan ruangan itu
daripada membiarkan orang lain melihatnya. Perspektif-perspektif ini menyakatan
demonstrasi atau bahkan pengslaman emosi dapat menyebabkan kita terlihat lemah,
rapuh atau tidak rasional. Meskipun demikian, riset semakin menunjukan bahwa
emosi sebenarnya penting untuk penalaran rasional.
Apakah Emosi Menyebabkan Kita Bersikap Tidak Etis ?
Sebelumnya diyakini bahwa, seperti
halnya pengambilan keputusan secara umum, kebanyakan pengambilan keputusan etis
didasarkan pada proses kognitif urutan yang lebih yinggi tetapi riset mengenai
emosi moral semakin mempertanyakan perspektif ini. Contoh emosi moral adalah
simpati terhadap orang lain, kemarahan terhadap ketidakadilan yang dialami.
Sejumlah studi menyatakan reaksi-reaksi ini umumnya didasarkan pada perasaan
dibandingkan kognitif semata.
4.3.
SUMBER-
SUMBER EMOSI DAN SUASANA HATI
a.
Kepribadian
Keperibadian memberi kecenderungan kepada orang
untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu. Beberapa orang mempunyai
kecenderungan untuk mengalami emosi apapun secara lebih intens. Orang-orang
seperti ini memiliki intensitas efektif yang tinggi. Intensitas Afeksi yaitu
perbedaan individual dalam hal kekuatan dimana individu-individu mengalami
emosi mereka. Jadi, emosi-emosi berbeda dalam intensitas mereka, tetapi juga
berbeda dalam bagaimana mereka berkecenderungan untuk mengalami emosi secara
intens.
b.
Hari
dalam Seminggu dan Waktu dalam Sehari
Sebagian besar orang berada di tempat kerja atau
sekolah pada hari Senin-Jum’at. Dengan demikian, sebagian besar orang akan
memanfaatkan akhir minggu untuk bersantai dan bersenang-senang. Berarti bahwa
orang-orang berada pada suasana hati terbaik di akhir minggu. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar, orang-orang cenderung berada dalam suasana hati
terburuk (afek negatif tertinggi dan afek positif terendah) di awal minggu dan
suasana hati terbaik (afek positif tertinggi dan afek negatif terendah) di
akhir minggu.
c.
Cuaca
Banyak orang percaya bahwa suasana hati mereka
berhubungan dengan cuaca. Tetapi bukti menunjukkan bahwa cuaca memiliki sedikit
pengaruh terhadap suasana hati. Korelasi ilusif menjelaskan mengapa orang-orang
cenderung berpikir bahwa cuaca yang menyenangkan meningkatkan suasana hati mereka.
Korelasi ilusif merupakan kecenderungan orang-orang untuk mengasosiasikan dua
kejadian yang pada kenyataannya tidak memiliki sebuah korelasi.
d.
Stres
Stress memengaruhi emosi dan suasana hati. Di tempat
kerja, kejadian sehari-hari yang menimbulkan stress, juga pengaruh dari stress
yang tertumpuk dari waktu ke waktu, secara negative memengaruhi suasana hati
karyawan. Tingkat stress dan ketegangan yang menumpuk di tempat kerja dapat
memperburuk suasana hati karyawan, sehingga menyebabkan mereka mengalami lebih
banyak emosi negatif. Walaupun kadang kita mencoba mengatasi stress, namun
sebenarnya stress mulai memengaruhi suasana hati kita.
e.
Aktivitas
Sosial
Penelitian mengungkapkan bahwa aktivitas sosial yang
bersifat fisik, informal, atau Epicurean (makan bersama orang lain) lebih
diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana yang positif dibandingkan
kejadian-kejadian formal.
f.
Tidur
Kualitas tidur mempengaruhi suasana hati. Satu dari
alasan mengapa tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk,
menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk
pengambilan keputusan dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.
g.
Olahraga
Penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa
olahraga meningkatkan suasana hati positif, tetapi tampaknya berpengaruh kuat
terhadap mereka yang mengalami depresi.
h.
Usia
Suatu penelitian terhadap orang-orang yang berusia
18 hingga 94 tahun mengungkapkan bahwa emosi negatif tampaknya semakin jarang
terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Bagi seseorang yang lebih tua,
suasana hati positif yang tinggi bertahan lebih lama dan suasana hati yang
buruk menghilang dengan lebih cepat.
i.
Jenis
Kelamin
Sudah menjadi keyakina umum bahwa wanita lebih
menggunakan perasaan mereka dibandingkan pria—bahwa mereka bereaksi lebih
secara emosional dan mampu membaca emosi orang lain dengan lebih baik.
4.4.
EMOSI
PEKERJA
Emosi pekerja adalah ekspresi seorang karyawan dari
emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi
antarpersonal di tempat kerja.
»
Emosi yang Dirasakan versus Emosi yang
Ditampilkan
·
Emosi yang dirasakan adalah emosi
sebenarnya dari seorang individu.
·
Emosi yang ditampilkan adalah
emosi-emosi yang diharuskan secara organisasional dan dianggap sesuai dalam
sebuah pekerjaan tertentu.
·
Berpura-pura dipermukaan adalah
menyembunyikan perasaan mendalam seseorang dan menghilangkan ekspresi-ekspresi
emosional sebagai respons terhadap aturan-aturan penampilan.
·
Berpura-pura secara mendalam adalah
berusaha mengubah perasaan mendalam seseorang berdasarkan aturan-aturan
penampilan.
»
Apakah Pekerjaan-pekerjaan yang Menuntut
secara Emosional Dibayar Lebih Tinggi?
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang menuntut secara
kognitif, tuntutan emosional yang semakin besar akan dibayar lebih baik. Tetapi
untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak menuntut secara kognitif, tuntutan
emosional yang semakin besar akan dibayar lebih buruk.
4.5.
TEORI
PERISTIWA AFEKTIF
Teori Peristiwa Afektif (Affective event theory [AET]) merupakan sebuah model yang
menyatakan bahwa pekerja bereaksi secara emosional pada hal-hal yang terjadi di
tempat kerja, yang dapat memengaruhi kinerja dan kepuasan mereka.
Lingkungan kerja mencakup semua yang mengelilingi
pekerjaan itu baik ragam tugas dan tingkat ekonomi, tuntutan pekerjaan, serta
tuntutan untuk mengekspresikan emosi pekerja. Lingkungan ini dapat menciptakan
peristiwa kerja yang mungkin menjengkelkan, menyenangkan, atau keduanya. Contoh
dari yang menjengkelkan ialah kolega yang menolak melakukan bagian
pekerjaannya, bentroknya arahan dari manajer yang berbeda, dan tekanan waktu
yang berlebihan. Peristiwa yang menyenangkan termasuk mencapai sasaran,
dukungan dari kolega, dan menerima pengakuan atas suatu pencapaian. Peristiwa
kerja tersebut mendorong reaksi emosional positif atau negatif yang diterima
oleh kepribadian dan suasana hati pekerja.
Jadi, AET memberikan dua pesan penting. Pertama,
emosi memberikan pandangan yang berharga tentang bagaimana peristiwa yang
menjengkelkan dan menyenangkan di tempat kerja memengaruhi kinerja pekerja
serta kepuasannya. Kedua, pekerja dan manajer seharusnya tidak mengabaikan
emosi atau peristiwa yang menyebabkannya, walaupun mereka tampaknya sepele,
tetapi mereka akan terakumulasi.
4.6.
KECERDASAN
EMOSIONAL
Kecerdasan
emosional (emotional intelligence) ialah kemampuan seseorang
untuk menilai emosi dalam diri dan orang lain, memahami makna emosi, dan
mengatur emosi seseorang secara teratur dalam sebuah model alur, seperti
ditunjukkan dalam tampilan dibawah ini :
Kecerdasan emosional telah menjadi sebuah konsep
yang kontroversial dalam perilaku organisasi, dengan argumen-argumen yang
mendukung dan menentang viabilitasnya.
Argumen
yang mendukung kecerdasan emosional, antara lain :
·
Daya
Tarik Intuitif
Intuisi
menyatakan orang yang dapat mendeteksi emosi orang lain, mengendalikan emosinya
sendiri, dan mengendalikan interaksi sosial dengan baik, memiliki posisi yang
kuat dalam dunia bisnis.
·
Kecerdasan
Emosional Memprediksi Kriteria yang Berarti
Semakin
tinggi level kecerdasan emosional berarti seseorang akan berkinerja baik dalam
pekerjaan. Sebuah tinjauan atas studi mengindikasikan bahwa, secara keseluruhan,
kecerdasan emosional secara lemah tetapi secara konsisten positif berkorelasi
dengan kinerja, bahkan setelah para peneliti memperhitungkan kemampuan
kognitif, kehati-hatian, dan rasionalitas.
·
Kecerdasan
Emosional Berdasarkan Biologi
Sebuah
studi menyatakan bahwa kecerdasan emosional berdasarkan neurologi dengan cara
yang tidak berhubungan dengan ukuran standar kecerdasan. Ada juga bukti bahwa
kecerdasan emosional dipengaruhi genetik, yang selanjutnya mendukung pendapat bahwa kecerdasan emosional
mengukur sebuah faktor biologis mendasar yang nyata.
Kecerdasan emosional juga mendapat
banyak kritik, antara lain :
·
Para
Peneliti Kecerdasan Emosional Tidak Sepakat tentang Definisi
Para
peneliti menggunakan definisi kecerdasan emosional yang berbeda-beda. Ada yang
memandang kecerdasan emosional sebagai ragam ide yang luas yang dapat diukur
dengan melaporkan sendiri, ada juga yang dihubungkan secara utama oleh fakta
yang tidak satu pun dari mereka sama dengan kecerdasan kognitif. Bukan hanya
definisi yang berbeda, tetapi ukuran yang digunakan masing-masing perspektif
pun hampir tidak berkorelasi satu sama lain.
·
Kecerdasan
Emosional Tidak Dapat Diukur
Ukuran
kecerdasan emosional beragam dan para peneliti tidak dapat memberlakukan
ukuran-ukuran itu seketat seperti pada studi mereka atas ukuran kepribadian dan
kecerdasan umum.
· Kecerdasan Emosional Tidak Lebih
dari Sekedar Kepribadian dengan Label Berbeda
Kecerdasan
emosional tampak berkorelasi dengan ukuran-ukuran kepribadian, khususnya
stabilitas emosional. Para peneliti menyatakan bahwa kecerdasan emosional
merupakan sebuah konsep yang sebagian ditentukan oleh ciri-ciri seperti
kecerdasan kognitif, kehati-hatian, dan penalaran, sehingga masuk akal bahwa
kecerdasan emosional berkorelasi dengan karakteristik-karakteristik ini.
PENGATURAN EMOSI
Pengaturan emosi
(emotion regulation) merupakan bagian dari literatur kecerdasan emosional
tetapi saat ini semakin dipelajari sebagai sebuah konsep terpisah. Riset
terkini menyatakan bahwa kemampuan manajemen emosi ialah alat prediksi kuat
atas kinerja tugas bagi beberapa pekerjaan dan perilaku kewargaan organisasi
(organizational citizenship behavior).
Para peneliti
telah mempelajari strategi yang mungkin digunakan orang untuk mengubah
emosinya. Salah satu strateginya ialah akting permukaan atau berpura-pura
dengan wajah sebagai respons yang pantas atas situasi tertentu. Namun, akting
permukaan tidak mengubah emosi, sehingga efek pengaturannya sedikit. Ada juga
strategi lain ialah akting mendalam, meskipun kurang salah dibandingkan akting
permukaan mungkin masih tetap sulit karena bagaimana pun mewakili akting.
Teknik lain
dalam pengaturan emosi adalah pengungkapan. Pengungkapan ini harus dilakukan
secara hati-hati, karena mengungkapkan atau menyatakan frustasi anda secara
langsung dapat menyinggung orang lain. Oleh karena itu, jika kita ingin
mengungkapkan amarah pada rekan kerja, kita perlu memilih seseorang yang akan
merespons dengan simpati. Namun, ketika ada banyak harapan dalam teknik
pengaturan emosi, jalan terbaik menuju tempat kerja yang positif ialah merekrut
individu yang berpikiran positif dan melatih pemimpin mengelola suasana hati,
sikap kerja, dan kinerja mereka. Jadi, pemimpin terbaik itu yang dapat
mengelola emosi sebanyak mereka mengelola tugas dan aktivitas.
4.7.
APLIKASI
PERILAKU ORGANISASI TERHADAP EMOSI DAN SUASANA HATI
Seleksi
Seleksi
Dalam
proses seleksi pekerjaan,para penyeleksi kerja sangat mempertimbangkan faktor
kecerdasan emosional dalam proses perekrutan pekerja. Kecerdasan emosional
menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan karena seseorang yang memilki
kecerdasan emosional yang tinggi mampu bekerja lebih baik,dan berpeluang lebih
tinggi untuk diterima dalam suatu pekerjaan.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan Keputusan
Emosi dan suasana hati sangat
mempengaruhi seseorang ketika mereka mengambil keputusan. Seseorang yang berada
dalam emosi dan suasana hati baik akan lebih cepat dan tepat dalam mengambil
sebuah keputusan,hal itu dikarenakan emosi dan suasana hati yang baik akan meningkatkan kemampuan seseorang
untuk memecahkan masalah.
Kreativitas
Kreativitas
Seseorang yang berada dalam suasana
hati dan emosi yang baik memiliki kreatifitas yang lebih dibanding seseorang
yang berada dalam suasana hati dan emosi yang buruk,hal itu dikarenakan
seseorang yang berada dalam suasana hati dan emosi yang baik memiliki pikiran
yang lebih terbuka dan fleksibel,sehingga mampu menghasilkan ide-ide baru yang
mendorong kreatifitas mereka untuk berkembang.
Suasana hati dapat dikelompokkan
menjadi perasaan aktivasi (marah,ketakutan) dan deaktivasi (depresi,kecewa).
Suasana hati aktivasi baik positif maupun negatif mendorong seseorang untuk
berkretaifitas lebih dibanding suasana hati deaktivasi.
Motivasi
Motivasi
Suasana
hati dan emosi mempengaruhi motivasi seseorang. Sebuah studi menjelaskan bahwa
suasan hati dan emosi yang baik akan meningkatkan motivasi seseorang,sehingga
dengan meningktanya motivasi tersebut mendorong mereka untuk bekerja dengan
baik.
Kepemimpinan
Kepemimpinan
Dalam hal kepemimpinan,ekspresi dan
emosi seorang pemimpin sangat mempengaruhi diterima atau tidaknya pesan
pemimpin tersebut kepada para bawahannya, misalnya antusiasme dari pemimpin
tersebut ketika menyampaikan pesan. Seorang pemimpin yang mampu membangkitkan
emosi dan menginspirasi para pekerjanya akan membuat mereka lebih antusias dan
optimis dalam bekerja.
Negosiasi
Negosiasi
Emosi dan suasana hati merupakan
faktor penting dalam negosiasi. Seorang negosiator harus mampu mengontrol emosi
dan suasana hatinya ketika sedang bernegosiasi, ia boleh saja berpura-pura
marah (emosi negatif) apabila ia memilki posisi lebih kuat dan informasi yang
lebih banyak ketimbang lawannya.
Layanan Pelanggan
Layanan Pelanggan
Emosi
dan suasana hati seorang pekerja mempengaruhi pelayanan mereka terhadap
pelanggan. Terkadang demi memberikan pelayanan pelanggan yang terbaik,pekerja
dihadapkan pada situasi disonasi emosi. Emosi pekerja dapat ditransfer kepada
pelanggan,seorang pekerja yang sedang berada dalam emosi dan suasana hati yang
baik cenderung akan melayani pelanggan dengan baik pula,sehingga menyebabkan
pelanggan merasa senang dan puas,dimana kepuasan pelanggan sendiri sangat
mempengaruhi bisnis suatu perusahaan.
Sikap Kerja
Beberapa studi menjelaskan bahwa
seorang pekerja yang memiliki lingkungan kerja yang baik dan hari baik di
tempat kerjanya akan memiliki suasana hati yang baik pula ketika ia pulang
kerumah,dan begitu juga sebaliknya.
Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja
Seorang pekerja yang berada dalam
suasana hati dan emosi yang buruk cenderung akan melakukan penyimpangan
perilaku jangka pendek di tempat kerjanya,seperti menggosip,marah,berperilaku
kasar,yang mempengaruhi kinerjanya sehingga tidak produktif. Seseorang yang
marah atau sedang mengalami kesedihan tidak melakukan penarikan diri dari
pekerjaannya,namun yang perlu diperhatikan manajer adalah amarah
pekerjanya,karena seorang pekerja yang marah mereka tidak melakukan penarikan
diri dari pekerjaannya,namun mereka cenderung berperilaku menyimpang di tempat
kerjanya.
Keselamatan dan Cedera di Tempat Kerja
Keselamatan dan Cedera di Tempat Kerja
Emosi dan suasana hati seorang
pekerja juga mempengaruhi keselamatan mereka dalam bekerja. Suasana hati yang
buruk merupakan salah satu faktor penyebab kecelakaan pekerja,hal itu
disebabkan karena ketika seseorang dalam
suasana hati yang buruk mereka cenderung cemas,dan berperilaku ceroboh,
sehingga kehati-hatiannya dalam bekerja berkurang.
4.8.
BAGAIMANA
MANAJER DAPAT MEMPENGARUHI SUASANA HATI
Untuk meningkatkan suasana hati para pekerjanya,
seorang manajer dapat menggunakan humor dan memberikan award sebagai apresiasi
dari pencapaian para pekerjanya. Selain itu,suasana hati manajer dan anggota
tim yang positif juga memberikan efek yang positif pula bagi para
pekerja.Suasana hati dan atmosfer yang positif akan mendorong para pekerja
bekerja lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Robbins,
Stephen
P.
dan Timothy
A.
Judge.
2015.
Perilaku Organisasi.
(Terj.)
Ratna Saraswati dan
Febriella Sirait. Jakarta: Salemba Empat.
sangat membantu sekali!:))
BalasHapusizin kopi kak
BalasHapusmakasihh kaa, izin copy
BalasHapus