BAB
5
KEPRIBADIAN
DAN NILAI
I.
KEPRIBADIAN
Kepribadian (personality) adalah jumlah total
cara-cara dimana seseorang individu beraksi atas dan berinteraksi dengan orang
lain. Pengukuran kepribadian dalam proses perekrutan penting dilakukan agar
manajer dapat memprediksi siapa yang terbaik untuk sebuah pekerjaan.
Pembeda Kepribadian
Hereditas (heredity)
adalah faktor yang ditentukan saat konsepsi; biologis, fisik dan pembentukan
psikologis inheren. Penelitian membuktikan bahwa hereditas mempengarui sekitar
50% dari kesamaan kepribdian antara
anggota dan lebih dari 30% kesamaan
dalam minat kerja dan hiburan.
II.
Indikator
Tipe Myers-Briggs (Myers-Briggs Type Indicator [MBTI])
Indikator tipe Myers-Briggs
(Myers-Briggs Type Indicator [MBTI]) adalah sebuah tes kepribadian yang
mengelompkkan empat karakteristik dan mengklasifikasikan orang dalam 1 dari 16
tipe pribadian.
-
Ekstrover(ekstrovered-E) versus Introver (Intraverted-I).
Seseorang yang memiliki tipe ekstrovert
cenderung ramah, pandai bergaul, pandai bersosialisasi dan percaya diri.
Sedangkan seseorang yang memiliki
tipe introver cenderung tenang dan pemalu.
-
Perasa (sensing - S) versus Intuitif (intuitive
- N)
Seseorang yang memiliki tipe perasa
cenderung praktis serta memilih rutin
dan urutan serta detail.
Sedangkan seseorang yang memiliki
tipe intuitif bergantung pada proses tidak sadar dan melihat pada gambaran
besar.
-
Pemikir (thinking - T) versus Perasa (feeling
- F)
Seseorang yang memiliki tipe
memikirkan biasanya menggunakan penalaran dan logika untuk menangani masalah
Sedangkan seseorang yang memiliki
tipe merasakan berpegang pada nilai-nilai dan emosi pribadi mereka.
-
Penilai (judging - J) versus Penerima (perceiving
- P)
Seseorang memiliki tipe menilai
menginginkan kendali dan memilih urutan dan struktur
Sedangkan seseorang yang memiliki
tipe menerima cenderung fleksibel dan spontan.
Sebagai contoh, seseorang yang
memiliki tipe INTJ (Introvert/Intiutif/Pemikir/Penilai) adalh visioner dengan
pikiran asli dan dorongan yang kuat. Mereka skeptis, kritis, independen,
berkemauan kuat dan seing kali sombong. Kemudian mereka yang mememiliki tipe
ESTJ (Ekstrover/Perasa/Pemiikir/Penilai) adalah pengatur. Mereka realistis,
logis, analitis danpembuat keputusan, cocok untuk bisnis atau mekanika.
III.
MODEL
KEPRIBADIAN LIMA BESAR(BIG FIVE MODEL)
Model
Kepribadian Lima Besar (Big Five Model)
merupakan sebuah penelitian kepribadian yang mencakup lima dimensi dasar
-
Ekstraversi. Dimensi ini menampilkan
level kenyamanan didalam hubungan. Ektrover cenderung ekspresif, percaya diri
dan mampu bersosialisasi. Selain itu mereka juga pemalu, penakut dan tenang.
-
Keramahan. Dimensi ini merujuk pada
kecenderungan seseorang individu untuk memahami orang lain. Orang ramah yang
kooperatif, hangat dan mempercayai. Orang yang berskor rendah cenderung dingin,
tidak ramah dan antagonis.
-
Kehati-hatian. Dimensi ini merupakan
sebuah ukuran reabilitas. Orang yang sangat hati-hati, bertanggung jawab,
teratur, dapat diandalkan dan persisten. Mereka yang memiliki skor rendah cenderung
mudah dialihkan, tidak teratur dan tidak dapat diandalkan.
-
Stabilitas Emosional. Orang yang
memiliki stabilitas emosional tinggi cenderung tenang, percaya diri dan aman,
sedangkan mereka yang memiliki stabilitas emosional yang rendah cenderung
gugup, cemas, depresi dan tidak aman.
-
Keterbukaan pada pengalaman. Dimensi ini
mencakup minat dan ketertarikan atas inovasi. Orang yang sangat terbuka,
kreatif, ingin tahu dansecara artistik sensitif. Sebaliknya mereka yang berada
diujung lainnya dari kategori ini konvensional dan merasa nyaman dalan keadaan
dikenal.
Model
Sifat-Sifat Lima Besar Memengaruhi Kriteria Perilaku Organisasi
Sifat-Sifat
Lima Besar
|
Mengapa
Itu Relevan ?
|
Apa
Yang Dipengaruhinya ?
|
Stabilitas
Emosional
|
· Lebih
sedikit pemikiran negatif dan emosi negatif
· Lebih
tidak waspada yang berlebihan
|
· Kepuasan
hidup dan kerja lebih tinggi
· Level
stres lebih rendah
|
Ekstraversi
|
· Keahlian
interpersonal lebih baik
· Dominansi
sosial lebih besar
· Lebih
ekspresif secara emosional
|
· Kinerja
lebih baik
· Kepemimpinan
lebih baik
· Kepuasan
kerja dan hidup lebih baik
|
Keterbukaan
|
· Meningkatkan
pembelajaran
· Lebih
kreatif
· Lebih
fleksibel
|
· Pelatihan
kinerja
· Peningkatan
kepemimpinan
· Lebih
adaktif terhadap perubahan
|
Keramahan
|
· Lebih
disukai
· Lebih
patuh dan taat
|
· Kinerja
lebih baik
· Level
perilaku menyimpang lebih rendah
|
Kehati-hatian
|
· Lebih
banyak usaha dan persistensi
· Lebih
terdorong dan disiplin
· Lebih
teratur dan terencana
|
· Kinerja
lebih baik
· Kepemimpinan
lebih baik
· Umur
panjang
|
IV. PENGARUH FAKTOR LIMA BESAR
KEPRIBADIAN DALAM MEMPREDIKSI PERILAKU DI TEMPAT KERJA
1.
Stabilitas
Emosinal
Dari ke lima faktor besar dalam
kepribadian,faktor yang paling mempengaruhi
kepuasan hidup,kepuasan kerja,dan tingkat stress adalah stabilitas
emosional. Seseorang yang memilki tingkat stabilitas emosional yang tinggi
memilki emosi-emosi negatif yang lebih rendah dan lebih optimis,karena mampu
mengontrol stress lebih baik.
2.
Ekstrover
Selanjutnya adalah faktor
ekstrover.Seseorang yang ekstrover
cenderung ekspresif,memilki kepercayaan diri yang tinggi,dan mampu
bersosialisasi,sehingga mereka memilki emosi-emosi positif dibandingkan orang
yang introvert.Seseorang yang ekstrover memilki kinerja lebih baik,biasanya
mereka memiliki lebih banyak teman dan lebih banyak keahlian daripada seorang
introver,namun menurut beberapa studi seeorang ekstrover lebih cenderung
terlibat dalam perilaku berbahaya dan lebih cenderung untuk berbohong dalam
wawancara kerja dibanding oarng introver.
3.
Terbuka
Pada Pengalaman
Dalam
hal kepemimpinan,dibutuhkan seorang pemimpin yang terbuka pada pengalaman (memilki rasa ingin tahu dan ingin
beriovasi),seseorang yang terbuka
terhadap pengalaman memilki kreativitas yang lebih dalam berbagai hal. Dengan
kreativitas yang lebih,seorang pemimpin lebih mampu menghadapi perubahan dalam
organisasi (mampu beradaptasi dengan baik) dan mampu memimpin dengan efektif.
4.
Keramahan
Faktor
keramahan juga memilki pengaruh yang besar terhadap perilaku pekerja di tempat
kerja.Seorang pekerja yang ramah tentu saja akan mempunyai banyak teman,dan
disukai oleh pekerja lainnya. Mereka cenderung taat terhadap peraturan,rentan
terhadap kecelakaan kerja,dan lebih puas dalam pekerjaannya.Kemudian,seorang
pekerja yang ramah juga mempunyai kinerja yang lebih baik dibanding pekerja
lainnya dalam pekerjaan yang berorientasi interpersonal seperti layanan
pelanggan.
5.
Kehati-hatian
Seseorang
yang memiliki tingkat kehati-hatian yang tinggi memiliki kenerja dan mampu
memimpin dengan lebih baik,hal itu disebabkan mereka yang memiki kehati-hatian
yang tinggi cenderung memilki usaha yang lebih dan persisten,kemudian mereka
memiliki kedisplinan dan motivasi yang lebih,serta lebih teratur dan terencana.
DARK
TRIAD
Faktor lima
besar dalam kepribadian merupakan faktor-faktor yang diinginkan dalam dunia
sosial,terdapat tiga faktor yang disebut Dark Triad,yaitu faktor-faktor yang
tidak disukai dalam dunia sosial,faktor-faktor tersebut adalah
machiavellianisme, narsisme,dan psikopat.
1.
Machiavellanisme
Seorang
individu yang memiliki kepribadian machiavellanisme cenderung menggunakan
cara-cara yang kurang tepat demi mencapai hasil yang diinginkan, seorang yang
termasuk kategori machiavellanisme mempercayai bahwa tercapainya tujuan atau
hasil dapat membenarkan segala cara.Mereka cenderung berperilaku agresif dan
kontraproduktif. Menurut beberapa riset,seorang machiavellanisme lebih sering
memanipulasi,lebih banyak menang,serta mampu mempengaruhi orang lain.Namun
kemenangan yang mereka raih hanya bersifat jangka pendek,karena maciavellanisme tidak disukai oleh banyak
orang.
2.
Narsisme
Narsisme
ada suatu kepribadian seseorang dimana orang tersebut memilki rasa berlebihan
akan pentingnya diri, ingin dikagumi secara lebih,dan cenderung angkuh.
Seseorang yang narsis memiliki motivasi kerja,keterlibatan kerja,dan kepuasan
hidup yang lebih tinggi dibanding orang lainnya.Selain itu mereka yang
berkepribadian narsis mampu beradaptasi dan mengambil keputusan lebih baik
ketika dihadapkan pada keputusan yang kompleks.Namun dalam konteks etis,seorang
pemimpin yang memiliki kepribadian narsis dinilai tidak etis dan tidak efektif
karena mereka cenderung berpikir mereka memimpin dengan lebih baik dibanding
pemimpin-pemimpin lainnya,yang justru mampu menurunkan kinerja mereka sendiri.
3.
Psikopat
Dalam
konteks perilaku organisasi,psikopat didefinisikan sebagai perilaku kurang
peduli terhadap orang lain,dan kurangnya rasa bersalah atas perilakunya yang
membahayakan orang lain. Seorang dapat dikatakan sebagai psikopat ketika mereka
menilai motivasi seseorang dalam mematuhi norma sosial, kesiapan untuk menipu
demi memperoleh hasil yang diinginkan, imulsivitas dan ketidakpedulian terhadap
orang lain.
Berdasarkan
sebuah studi,kepribadian psikopat memiliki korelasi yang positif terhadap
kemajuan organisasi namun tidak terkain dengan aspek yang mempengaruhi
kesuksesan dan efektivitas, hal itu disebabkan karena seorang psikopat
cenderung berperilaku licik,dan menggunakan taktik-taktik keras seperti ancaman
dan manipulasi,dan perilaku kerja bullying, dimana perilaku tersebut membantu
mereka untuk memperoleh kekuasan dalam organisasi.
PENDEKATAN-PENGHINDARAN
Kerangka
kerja pendekatan-penghindaran menggunakan motivasi sebagai karateristik
kepribadian. Motivasi pendekatan dan penghindaran merupakan reaksi dari adanya
rangsangan atau stimulus. Kerangka pendekatan-penghindaran membantu memprediksi
perilaku kerja dan mencakup beragam motif kita saat bertindak. Contohnya tekanan
kompetitif memunculkan motivasi pendekatan dan motivasi penghindaran, motivasi
pendekatan berupa motivasi untuk bekerja lebih
keras untuk memenangkan kompetisi,sedangkan motivasi penghindaran berupa
pengalihan dan hilangnya motivasi karena rasa takut untuk kalah. Kinerja
seorang individu dipengaruhi oleh motivasi yang mendominasi apakah motivasi
pendekatan atau motivasi penghindaran.
SIFAT
KEPRIBADIAN LAINNYA YANG RELEVAN DENGAN PERILAKU ORGANISASI
Terdapat 3
faktor kuat dalam kepribadian yang mempengaruhi
perilaku organisasi,yaitu
1.Evaluasi
Inti Diri
Evaluasi
inti diri adalah evaluasi individu terhadap kemampuan,kompetensi,dan nilai
mereka sebagai individu. Seseorang yang memilki evaluasi inti diri positif
cenderung lebih menyukai dirinya,memandang dirinya efektif,mampu, dan dalam
kendali atas lingkungannya. Sedangkan seseorang yang memilki evaluasi diri yang
negatif cenderung tidak menyukai dirinya,ragu terhadap kemampuannya, dan merasa
tidak berdaya atas lingkungannya.
Orang
yang memilki evaluasi diri positif, memilki kinerja lebih baik dibanding yang
orang yang memilki evaluasi negatif,hal itu disebabkan mereka mampu menetapkan
tujuan yang tepat, mampu berkomitmen
atas tujuannya,dan mampu bertahan dalam proses pencapaian tujuannya. Selain itu
mereka yang memiliki evaluasi diri positif mampu melayani pelanggan dengan
lebih baik.
2.Pengawasan
Diri
Pengawasan
diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya terhadap
faktor-faktor situasional eksternal. Pengawasan diri yang tinggi menunjukkan
kemampuan adaptasi yang baik,dapat menyesuaikan perilakunya terhadap perubahan
situasi dan tuntutan faktor eksternal. Seorang yang memilki pengawasan diri
yang tinggi memilki kinerja yang baik,dan lebih mungkin untuk menjadi seorang
pemimpin.
3.Kepribadian
Proakif
Kepribadian
proaktif adalah,ketika seseorang mengidentifikasi peluang,mengambil inisiatif
dan tindakan, serta mampu bertahan sampai adanya perubahan yang berarti.
Orang-orang yang memilki kepribadian proaktif lebih dibutuhkan oleh organisasi,karena
mereka mampu mengindentifikasi peluang,megambil tindakan atas adanya peluang
tersebut,dan mampu bertahan sampai adanya perubahan yang berarti. Selain
itu,seorang yang memilki kepribadian proaktif lebih cepat memproleh
pekerjaan,hal itu dikarenakan mereka mampu mempertimbangkan
alternatif-alternatif (mengambil inisiatif dan tindakan) dalam menghadapi
kegagalan.
V.
KEPRIBADIAN DAN SITUASI
Semakin
meningkat, kita mempelajari bahwa efek sifat-sifat tertentu pada prilaku
organisasi tergantung pada situasi. Dua kerangka kerja teoretis membantu
menjelaskan bagaimana ini bekerja, yaitu:
1) Teori
kekuatan situasi
Teori kekuatan situasi
(situation-strength theory) mengindikasikan bahwa cara kepribadian bertranslasi
ke dalam prilaku bergantung pada kekuatan situasi.Para peneliti telah
menganalisis kekuatan situasi dalamorganisasi dari segi empat elemen, yaitu:
·
Kejelasan
·
Konsistensi
·
Batasan
·
Konsekuensi
Namun tidak berarti bahwa aturan
selalu dinginkan oleh organisasi untuk menciptakan situasi yang kuat bagi para
pekerjanya, antara lain:
a Pekerja
dengan aturan-aturan yang luar biasa banyak dan proses yang dikendalikan sangat
ketat bisa jadi membosankan dan menyebabkan penurunan motivasi.
a Setiap
orang itu berbeda, pekerjan yang menurut orang itu baik mungkin terlihat buruk
bagi yang lainya.
a Situasi
yang kuat mungkin menekan kreativitas, inisiatif, dan keleluasan yang
disebabkan oleh beberapa budaya.
a Pekerja
semakin kompleks dan tekait secara global.
2) Teori
aktivitas sifat
Teori aktivitas sifat (trait
activation theory [TAT]) memprediksi bahwa beberapa situasi, pristiwa, atau
intervensi mengaktivasikan sebuah sifat lebih dariyang lain.
VI.
NILAI
Nilai (value) menunjukkan alas an dasar bahwa
“cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara pribadi atau
sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan.” Nilai
memuat elemen pertimbangan yang membawa ide-ide seorang individu mengenai
hal-hal yang menyampaiakn yang baik, benar, atau diinginkan. Nilai memiliki
sifat isi dan intensitas.
Sifat
menyampaikan bahwa cara pelaksanaan atau keadaan akhir dari kehidupan adalah
penting. Sifat intensitas menjelaskan betapa pentingnya hal tersebut. Ketika
menggolongkan nilai seorang individu menurut intensitasnya, kita mendapatkan
sistem nilai orang tersebut.
Pentingnya
Nilai
Nilai
penting terhadap penelitian perilaku organisasional karena menjadi
dasarpemahaman sikap dan motivasi individu, dank arena hal tersebut perpengaruh
terhadap kita. Individu memasuki suatu organisasi dengan pendapat yang telah
terbentuk sebelumnya tentang apa yang “seharusnya” dan apa yang “tidak
seharusnya” terjadi.
Secara umum,
nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Misalnya, anda memasuki sebuah
perusahaan dan memiliki pandangan bahwa pengalokasian berdasarkan prestasi kerja
adalah benar, sementara pengalokasian imbalan berdasarkan senioritas adalah
salah.
Nilai terminal (terminal value)adalahhasilakhir yang dinginkan dari
keberadan, sasaran yang ingindicapaiseseorangdalamhidupnya.
Nilai instrumental (instrumental value)adalah modeprilaku yang lebih
disukai, atau alat untuk mencapai nilaiterminal seseorang.
VII.
NILAI-NILAI
PADA GENERASI
Para peneliti telah
mengintegrasikan beberapa analisis terbaru dari nilai-nilai kerja ke dalam
kelompok
atau generasi berbeda dalam angkatan kerja AS, seperti yang ditampilkan pada
tabel berikut :
Generasi
|
Memasuki
Angkatan Kerja
|
Perkiraan
Umur
Sekarang
|
Nilai-nilai
Kerja
Dominan
|
Lonjakan bayi
|
1965-1985
|
Pertengahan 40-an sampai pertengahan
60-an
|
Kesuksesan, pencapaian, ambisi,
ketidaksukaan akan otoritas, kesetiaan pada karier
|
X
|
1985-2000
|
Akhir 20-an sampai awal 40-an
|
Keseimbangan kerja/hidup, orientasi
tim, tidak menyukai aturan, setia pada hubungan
|
Milenium
|
2000-sekarang
|
Di bawah 30
|
Percaya diri, kesuksean financial,
mengandalkan diri tetapi berorientasi tim; kesetiaan pada diri maupun
hubungan
|
Berdasarkan tabel nilai-nilai kerja dominan pada
angkatan kerja di atas, ternyata klasifikasi ini belum cukup didukung oleh
riset yang solid. Tinjauan terkini menyatakan banyak terjadi generalisasi yang
dilebih-lebihkan atau tidak benar. Satu studi yang menggunakan sebuah desain
longitudinal menemukan bahwa nilai yang ditempatkan pada kesenangan telah
meningkat selama generasi dari generasi lonjakan bayi ke generasi milenium dan
sentralis kerja telah menurun, tetapi ia tidak mendapati bahwa generasi
milenium memiliki nilai kerja yang lebih altruistik seperti yang
diharapkan. Klasifikasi generasional
bisa membantu kita memahami generasi kita sendiri dan generasi lainnya dengan
lebih baik, tetapi kita juga harus mengapresiasi batasan-batasannya.
Mengaitkan Kepribadian dan
Nilai-nilai individu di Tempat Kerja
§ Kecocokan Orang-Pekerjaan
Teori kecocokan
kepribadian-pekerjaan (personality-job
fit theory) merupakan teori John Holland yang mengidentifikasi enam tipe
kepribadian dan mengusulkan bahwa kecocokan antara tipe kepribadian dan
lingkungan pekerjaan menentukan kepuasan dan perputaran.
§ Kecocokan Orang-Organisasi
Teori ini berpendapat bahwa
orang-orang tertarik pada dan dipilih oleh organisasi yang sesuai dengan
nilai-nilai mereka, dan mereka meninggalkan organisasi yang tidak cocok dengan
kepribadiannya. Beberapa riset membuktikan bahwa kecocokan orang-organisasi
lebih penting dalam memprediksi perputaran pekerja di Negara kolektivistik
(India) daripada di Negara yang lebih individualistis (Amerika Serikat).
VIII. NILAI-NILAI INTERNASIONAL
Terdapat lima nilai
dimensi oleh Hofstede dari budaya nasional, antara lain :
§ Jarak kekuasaan (power distance), merupakan
suatu atribut budaya nasional yang menjelaskan tingkat dimana orang-orang dalam
suatu negara menerima bahwa kekuasaan dalam institusi dan organisasi menyebar
tidak merata.
§ Individualisme versus kolektivisme.
Individualisme (individualism),
merupakan suatu atribut budaya nasional yang menjelaskan tingkat dimana
orang-orang lebih memilih untuk bertindak sebagai individu dibandingkan sebagai
anggota dari kelompok. Kolektivisme (collectivism), merupakan suatu atribut
budaya nasional yang menjelaskan sebuah kerangka social ketat di mana
orang-orang mengharapkan yang lain dalam kelompok yang menjadi bagiannya untuk
merawat dan melindungi mereka.
§ Maskulinitas versus femininitas.
Maskulinitas (masculinity),
merupakan
tingkat dimana budaya menyukai peran-peran maskulin tradisional seperti
pencapaian, kekuasaan, dan kendali, berlawanan dengan pandangan pria dan wanita
adalah sama. Femininitas berarti budaya melihat sedikit
perbedaan antara peran pria dan wanita serta memperlakukan wanita sama dengan
pria dalam segala hal.
§ Penghindaran ketidakpastian, menjelaskan
bahwa tingkat di mana orang-orang dalam suatu Negara lebih memilih situasi yang
terstruktur atau tidak terstruktur menentukan penghindaran ketidakpastian
mereka.
§ Orientasi jangka panjang versus
jangka pendek. Orang-orang dalam budaya dengan orientasi jangka panjang melihat masa
depan dan mengurangi kebijaksanaan, persistensi, serta tradisi. Dalam orientasi jangka pendek, orang-orang
menilai di sini dan saat ini mereka lebih siap menerima perubahan dan tidak
melihat komitmen sebagai rintangan untuk berubah.
Dimensi budaya
Hofstede telah berpengaruh besar dalam para peneliti perilaku organisasi dan
manajer. Meskipun risetnya telah dikritik, namun Hofstede telah menjadi salah
seorang ilmuwan sosial yang paling banyak dikutip dan kerangka kerjanya telah
meninggalkan jejak abadi dalam perilaku organsasi.
Kerangka GLOBE untuk Menilai Budaya
Program riset
Kepemimpinan Global dan Efektivitas Perilaku Organisasi (GLOBE) merupakan suatu
investigasi lintas budaya yang berkelanjutan atas kepemimpinan dan budaya
nasional yang dimulai pada tahun 1993. Dengan menggunakan data dari 825
organisasi di 62 negara, tim GLOBE mengidentifikasi sembilan dimensi yang
membedakan budaya nasional menyerupai dimensi-dimensi Hofstede. Perbedaan utama
dari keduanya ialah kerangka GLOBE menambahkan dimensi-dimensi, seperti
orientasi kemanusiaan (tingkat di mana masyarakat menghargai individu yang
altruistik, murah hati, dan baik pada orang lain) serta orientasi kinerja
(tingkat di mana masyarakat mendorong dan menghargai anggota kelompok atas
perbaikan kinerja dan kesempurnaan).
DAFTAR
PUSTAKA
Robbins,
Stephen
P.
dan Timothy
A.
Judge.
2015.
Perilaku Organisasi.
(Terj.)
Ratna Saraswati dan
Febriella Sirait. Jakarta: Salemba Empat.
Thank you so much! artikel ini sangat membantu tugas saya.
BalasHapus